Selasa, 14 Oktober 2014

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

Copy of UNSOED2







Oleh :                                          

Nama                  : Ikhwan Mulyadi
NIM                     : B1J012187
Rombongan     : V
Kelompok         : 2
Asisten               : Anisa Rahmawati

 






LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II









KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I.        PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Hipofisasi adalah suatu cara untuk merangsang ikan untuk memijah atau terjadinya pengeluaran telur ikan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Teknik penyuntikan dengan pemijahan buatan atau induced breeding yaitu merangsang ikan untuk kawin. Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang dapat mengendalikan beberapa hormon antara lain hormon pada kelamin jantan (testis) maupun kelamin betina. Hipofisa berukuran sangat kecil, terletak di sebelah bawah bagian depan otak besar (diencephalon) sehingga jika otak kiri diangkat, maka kelenjar ini akan tertinggal. Kelenjar hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan dari depan ke belakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophisis (Effendi, 1978).
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin. Pemijahan sistem hipofisasi ialah merangsang pemijahan induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa. Terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra muscular, intra cranial, dan intra perineal (Sumantadinata, 1981).
Manfaat hipofisasi untuk merangsang ikan agar memijah atau terjadinya pengeluaran telur ikan dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa. Metode hipofisasi bermanfaat  untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi. Hipofisasi dengan kelenjar hipofisasa dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin (Ville et al., 1988).

1.2   Tujuan
Tujuan praktikum adalah merangsang ikan untuk ovulasi dan memijah dengan induksi kelenjar hipofisis.



II.    MATERI DAN CARA KERJA
2.1     Materi
Alat yang digunakan adalah pisau besar, centrifuge, ember plastik, gelas ukur, bantalan karet busa berukuran 40 x 30 cm dilapisi plastik atau talenan, tabung reaksi, pinset, serta spuit volume 1 cc dan 5 cc.
Bahan yang digunakan adalah ikan karper matang kelamin atau ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai donor, ikan nilem (Osteochillus hasselti) sebagai resipien, dan akuabides.

2.2     Cara Kerja
1.    Ikan resipien diaklimasi selama 3-4 hari.
2.    Kepala ikan emas (donor) dipotong dengan menggunakan pisau besar tepat di belakang operkulum sampai putus.
3.    Pemotongan kedua dilakukan dengan meletakkan kepala ikan emas dengan mulut dihadapkan ke atas, selanjutnya bagian belakang kepala dipotong dimulai dari lubang hidung di atas otak sampai putus sehingga tengkorak kepala terbuka.
4.    Berkas saraf sebelah depan yang berwarna putih dipotong, kemudian otak diangkat sehingga akan terlihat kelenjar hipofisis tepat di bawah otak, warnanya putih dan ukurannya lebih kecil dari butir kacang hijau.
5.    Kemudian kelenjar hipofisis diambil dengan menggunakan pinset, dimasukkan ke dalam gelas ukur, dicuci dengan akuabidest, lalu akuabidest dibuang.
6.    Akuabidest ditambahkan sebanyak 1 cc, kemudian kelenjar hipofisis digerus sampai lumat. Akuabidest ditambahkan sesuai kebutuhan.
7.    Ekstrak kelenjar hipofisis diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam centrifuge dan diputar selama 10 menit.
8.    Ekstrak kelenjar hipofisis tersebut diambil dan disuntikkan dengan menggunakan spuit ke tubuh ikan resipien, yaitu 0,3 cc untuk jantan dan 0,5 cc untuk betina.
9.    Ikan yang telah disuntik dimasukkan ke dalam bak pemijahan, lalu dibiarkan selama kurang lebih 10 jam. Dicatat hasilnya.






III.      HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Hasil
Tabel 3.1 Perlakuan Dosis kelenjar Hipofisis

Keterangan
:
(+) : Terjadi pemijahan
(-)  : Tidak terjadi pemijahan
















3.2     Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan,  percobaan hipofisasi yang dilakukan didapatkan hasil yang diperoleh, kelompok 3 dan 4 dari rombongan IV dengan perlakuan dosis berhasil memijah, sedangkan yang lain tidak memijah, begitu pula dengan hasil dari rombongan III dengan perlakuan rasio yang semua ikan tidak ada yang memijah setelah dipelihara selama 8 sampai 12 jam. Ikan resipien yang digunakan adalah ikan nilem (Osteochillus hasselti) sedangkan ikan donor digunakan ikan mas (Cyprinus carpio). Menurut Sumantadinata (1981), ikan yang belum matang kelamin kelenjar hipofisanya mengandung gonadotropin dalam jumlah yang sedikit sekali atau tidak mengandung gonadotropin. Effendi (1978), menyatakan bahwa tingkat kematangan ikan pada tiap waktu bervariasi, tingkat kematangan  tertinggi akan didapatkan paling banyak pada saat pemijahan akan tiba. Sistem reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis–gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981). Hipofisa berukuran sangat kecil, terletak di sebelah bawah bagian depan otak besar (diencephalon) sehingga jika otak kiri diangkat, maka kelenjar ini akan tertinggal. Kelenjar hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan dari depan ke belakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophisis (Effendi, 1978).
Syarat ikan donor adalah matang gonad, satu family dengan ikan resipien, dan perbandingan ikan donor dan resipien adalah 1,5 : 1. Ciri-ciri ikan yang matang kelamin pada ikan jantan menurut Santoso (1993) adalah gerakannya lincah dan gesit mengejar betinanya, jika bagian abdomen distriping akan mengeluarkan milt, sisiknya kasar jika diraba. Ciri ikan betina matang kelamin adalah badannya, terutama bagian perut membesar atau buncit, apabila diraba terasa lembek, gerakannya lambat atau lamban, memberi kesan malas bergerak, jika distriping akan mengeluarkan sel telur, pada malam hari biasanya meloncat-loncat.
Ikan yang berfungsi sebagai ikan donor yang dipilih adalah ikan yang sudah masak kelamin dan tidak boleh mati lebih dari dua hari sebelum perkawinan. Donor yang paling baik adalah ikan yang sejenis. Ikan donor harus mempunyai perbandingan dengan ikan resipien 1,5 : 1, artinya 1,5 kg ikan donor untuk 1 kg ikan resipien. Hipofisa ikan donor digunakan satuan dosis ikan donor pada ikan resipien adalah 0,4 ml untuk ikan betina dan 0,3 ml untuk ikan jantan (Greene, 1968). Ikan yang sudah mengalami ovulasi yang setiap mengeluarkan telurnya yaitu ikan yang menunjukkan gejala gelisah dan sering bergerak ke arah permukaan air setelah itu akan bertelur. Ciri ikan memijah adalah air berbau amis dan sedikit berbusa, terlihat adanya sel telur di air  (Sumantadinata, 1981).
Pemijahan dapat dibagi menjadi tiga, antara lain pemijahan alami yang terjadi jika ikan berada di tempat yang sama. Pemijahan semi buatan, jika ikan sebelumnya telah dirangsang atau dipacu untuk memijah lalu dibiarkan memijah dengan sendirinya dengan diletakkan di lokasi yang sama. Pemijahan lainnya adalah pemijahan buatan, dilakukan dengan menstriping milt dan ovum lalu keduanya dipertemukan dalam suatu tempat (tanpa ada indukan). Fase yang sangat penting teknologi reproduksi buatan pada ikan adalah perolehan produk sperma yang berasal dari stimulasi hormon yang telah masak, ovulasi, dan spermiasi yang dilakukan secara bersamaan (Ville et al., 1988).  Reproduksi merupakan kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasannya rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungannya (Susanto, 1992).
Setelah penyuntikkan dilakukan, ekstrak kelenjar hipofisa akan mempengaruhi kehidupan ikan resipien melalui suatu mekanisme. Mekanisme ini dimulai dengan adanya rangsangan atau stimulus yang digunakan oleh hipotalamus untuk merangsang sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone). GnRH melalui vessel dibawa ke adenohipofisa. Adenohipofisa mensekresikan hormon gonadotropin yang kemudian lewat peredaran darah dibawa menuju gonad. Gonadotropin ini akan memacu gonad dalam proses spermatogenesis (Ville et al., 1988). Sumantadinata (1981) menyatakan bahwa, hormon ini pada ikan sekaligus berfungsi sebagai FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutenezing Hormone), seperti pada mamalia.
Hormon reproduksi ikan yang berperan menurut Susanto (1992) adalah gonadotropin yaitu Leuteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin tersebut dihasilkan oleh kelenjar adenohipofisa yang akan merangsang proses pemasakan ovulasi yang pada akhirnya merangsang induk betina untuk memijah. Kelenjar hipofisa akan menghasilkan hormon yang berperan dalam kegiatan seksual dan gonadotropin. Hipofisis terdiri dari 2 bagian utama yaitu limfosit dan granumatus (Gutenberg et al., 2009). Terdapat tiga macam hormon thyropin yang berfungsi mengatur kerja thyroid dan gonadotropin yang dihasilkan oleh sel chianophil yang terletak pars distalis, dan berperan dalam pematangan gonad dan mengawasi sekresi hormon-hormon yang dihasilkan oleh gonad, dimana hormon tersebut berperan dalam proses pemijahan. Hormon lain yaitu ICSH (Intestill Cell Stimulating Hormone) yang dapat mengontrol sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium dan testoteron dalam testis. Testosteron dibutuhkan dalam alam melengkapi proses spermatosit bersama dengan sekresi pituitary dari ICSH. Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 mL ovaprim mengandung 20 mg sGnRH-a (D-Arg6-Trp7, Lcu8,Prog-NET) – LHRH dan 10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi.  Peranan-peranan hormon LHRH adalah untuk kematangan gonad ikan (Simanjuntak, 1985).
Hipofisis tergolong dalam dua bentuk histopatologi, yaitu limfositik dan granulanomous. Hipofisitis limfositik dijumpai pada banyak bentuk. Hipofisitis granulanomous mempunyai perbedaan epidemiologi. Diameter normal dari kelenjar hipofisis adalah 3.25±0.56 mm pada level optik dan mencapai 1.91±0.4 mm pada insersi kelenjar hipofisis (Gutenberg et al., 2009). Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, sifat fisik dan kimia juga mempengaruhi tingkah laku hewan. Suhu dan cahaya akan mempengaruhi sistem saraf dan otak pada proses pemijahan, dimana suhu optimum yang dibutuhkan ikan untuk memijah ialah 28-30OC. Rangsangan dari saraf pusat akan dihantarkan ke hipotalamus dan akan mengeluarkan GnRH yang akan merangsang sistem saraf pusat untuk meneruskan rangsang ke sel-sel gonadotropin yang berada dalam sistem hormon tersebut, yang merangsang gonad untuk menghasilkan hormon gonadotropin yang dibutuhkan dalam proses pemijahan (Bond, 1979).
Menurut Nasution (2004), umumnya ikan akan terus menerus memijah setelah pertama kali matang gonad, namun bergantung kepada daur pemijahannya, ada yang satu tahun sekali, beberapa kali dalam satu tahun, dan sebagainya. Beberapa faktor yang mempengaruhi dan menentukan daur reproduksi antara lain adalah suhu, oksigen terlarut dalam perairan dan hormon yang berperan dalam reproduksi yang dapat memacu organ-organ reproduksi untuk berfungsi. Umur pada awal reproduksi bervariasi terhadap jenis kelamin. Bagi ikan jantanmaupun betina, umur pertama kali memijah bergantung kepada kondisi lingkungan yang sesuai. Saat lingkungan yang tidak sesuai untuk tumbuh dan mempertahankan sintasan, ikan-ikan cenderung akan menangguhkan pemijahan, karena akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan sintasan, sehingga reproduksi cenderung akan berlangsung pada umur lebih muda.
Faktor internal yang mempengaruhi pemijahan ikan adalah faktor fisiologis dan psikologis ikan seperti ikan belum matang kelamin atau ikan dalam keadaan stress. Faktor eksternal yang mempengaruhi pemijahan ikan seperti cahaya, temperatur, dan arus atau aliran air. Susanto (1992), menambahkan bahwa suhu air merupakan salah satu faktor fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan serta proses metabolisme lainnya. Kisaran suhu dalam bak pemijahan yang tidak sesuai dengan batas toleransi ikan akan dapat menggagalkan proses pemijahan. Faktor lain yang sangat berpengaruh yaitu cara pengambilan dan penyuntikan ikan. Pengambilan ikan harus hati-hati untuk keberhasilan hipofisasi. Luka atau hilangnya sisik dapat mengakibatkan ikan resipien tidak dapat memijah walaupun telah diberikan suntikan ekstrak hipofisa, karena gangguan secara fisiologis pada ikan.
Proses hipofisasi dilakukan dengan cairan ekstrak kelenjar hipofisa disuntikkan ke dalam tubuh ikan secara intra muskular, yaitu melalui otot punggung diantara sisik. Cara penyuntikan dalam hipofisasi dapat dilakukan secara muscular, yaitu dengan cara menyuntik lewat punggung atau otot batang ekor, kemudian secara intra peritoneal, yaitu dengan cara menyuntikkan ke dalam rongga perut, lokasinya antara kedua sirip perut sebelah depan atau antara sirip dada sebelah depan. Suntikan ini disejajarkan dengan dinding perut. Teknik penyuntikan yang lainnya adalah secara intra cranial, yaitu dengan cara menyuntikkan lewat kepala. Suntikan ini dengan memasukkan jarum injeksi ke dalam rongga otak melalui tulang occipitial pada bagian yang tipis (Sumantadinata, 1981).
Menurut Bond (1979), mekanisme hipofisasi dimulai ketika rangsangan dari syaraf pusat diantarkan ke hipotalamus, setelah lebih dahulu diolah oleh reseptor seperti mata dan sirip. Hipotalamus akan mengeluarkan GnRH yang akan merangsang gonad untuk menghasilkan hormon gonadotropin yang dibutuhkan dalam proses pemijahan. Hormon-hormon tersebut akan segera mempengaruhi kerja dari alat-alat kelamin pada ikan yaitu testis dan ovarium. Testis akan menghasilkan androgen steroid dan ovarium akan menghasilkan estrogen. Mekanisme hormon kelamin adalah hormon steroid seperti estrogen, kortisol, aldosteron dan lain-lain, masuk ke dalam sasaran kemudian merangsang aktivitas gen maka ikan akan segera memijah.





IV.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan praktikum acara efek hormonal pada ovulasi dan pemijahan ikan dapat disimpulkan bahwa :
1.    Hipofisa berukuran sangat kecil, terletak di sebelah bawah bagian depan otak besar (diencephalon) sehingga jika otak kiri diangkat, maka kelenjar ini akan tertinggal. Kelenjar hipofisa terdiri atas 4 bagian masing-masing berurutan dari depan ke belakang adalah pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophisis.
2.    Ciri ikan memijah adalah air berbau amis dan sedikit berbusa, terlihat ada sel telur di dalam air.


























DAFTAR REFFERENSI
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. WB Soundary Company, Phyladelphia.

Effendi, M. I. 1978. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Greene, G. H. 1968. Reproduction Control Factor in Cyprin Fish. Brachidonioresio Droct Fao Word Synaton Warm Pond Fish Culture.
Gutenberg, A. et al. 2009. A Radiologic Score to Distinguish Autoimmune Hypophysitis from Nonsecreting Pituitary Adenoma Preoperatively. AJNR Am J Neuroradiol 30:1766 –72.
Nasution, S. H. 2004. Karakteristik Reproduksi Ikan Rainbow Selebensis (Telma
therina celebrensis Boulenger). Jurnal Makalah Individu S3 IPB. Hal. 1-8.
Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius, Yogyakarta.
Simanjuntak, R. H. 1985. Pembudidayaan Ikan Lele. Bathara Jaya Aksara, Jakarta.
Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor.
Susanto, H. 1992. Budidaya Ikan di Pekalongan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ville, C.A. Warren, F. W. Jr. Robert. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar